Perbedaan wayustasqol dan wayastasqil
Perbedaan " Yustasqo Dan Yastasqi " Dalam Sholawat Nariyah
Sholawat Nariyah disusun oleh Syaikh Abu Ishaq Ibrohim bin Muhammad At Taziy dari Marokko. Para ulama maroko menyebutnya sholawat nariyah karna sangat cepat mustajabnya seperti 'naar' atau api yang membakar.
Sholawat nariyah punya nama lain seperti :
- sholawat At Taziyah ( dinisbatkan pada penyusunnya ).
- sholawat tafrijiyyah ( artinya pelepas dari kesulitan )
- sholawat kamilah ( artinya 'yang sempurna' )
- sholawat qurthubiyah ( karna Imam Al Qurthubiy paling banyak menulis tentang keistimewaan sholawat ini )
- oleh ahlul asror disebut sholawat Miftahi kanzil muhith linaili murodil abid ( الكنز المحيط لنيل مراد العبيد “ artinya kunci perbendaharaan samudra untuk menggapai tujuan hamba ).
Redaksi sholawat nariyah sebenarnya tidak ada yang berbeda. Hanya di beberapa ijazah sholawat ini berbeda sedikit di lafadz يُسْتَسْقَى 'yustasqo' atau يَسْتسْقِى 'yastasqi'. Contohnya dari sanad Aang Nuh Gentur lafadznya 'yastasqi'. Sedangkan kebanyakan redaksi ijazah yang lain adalah 'yustasqo'. Perbedaannya hanya sedikit pada nahwu dan maknanya.
1. 'yustasqo' adalah bentuk kalimat pasif ( mabni majhul ). Maka bacaannya menjadi
وَيُسْتَسْقَى الغَمَامُ
' wayustasqol ghomamu'.
Contoh yang sama bisa di jumpai
- dari sebuah petikan hadits
وَأَبْيَضَ يُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ * ثِمَالُ الْيَتَامَى عِصْمَةٌ لِلْأَرَامِلِ
Figur berwajah putih dimana mendung dimintakan hujan berkat dirinya * Sang pemelihara anak-anak yatim dan pelindung para janda.
- al Imam Ahmad ibnu Hanbal berkomentar tentang Abu Abdillah Shafwan ibn Sulaym al Madani sebagaimana dinukil oleh al Hafizh Murtadla az-Zabidi dalam Syarh al Ihya’ ( 10 / 130 ) :
"قَالَ أَحْمَدُ: هُوَ يُسْتَسْقَى بِحَدِيْثِهِ وَيَنْزِلُ الْقَطْرُ مِنَ السَّمَاءِ بِذِكْرِهِ، وَقَالَ مَرَّةً: هُوَ ثِقَةٌ مِنْ خِيَارِ عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ".
“Ahmad mengatakan : Dia -Shafwan bin Sulaym- adalah orang yang kita memohon hujan kepada Allah dengan haditsnya dan akan turun hujan dengan menyebut namanya, pada kesempatan lain Ahmad mengatakan : Beliau adalah orang yang tsiqah – terpercaya - dan termasuk hamba Allah yang saleh ”.
- Abdullah ibn al Imam Ahmad menukil dari ayahnya ; Ahmad ibn Hanbal dalam kitabal ‘Ilal Wa Ma’rifah ar-Rijal ( 1 / 163 – 164 ) :
"قَالَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ: قَالَ ابْنُ عُيَيْنَةَ: رَجُلاَنِ صَالِحَانِ يُسْتَسْقَى بِهِمَا ابْنُ عَجْلاَنَ وَيَزِيْدُ بْنُ يَزِيْدَ بْنِ جَابِرٍ".
“Ahmad ibn Hanbal mengatakan : Sufyan ibnu ‘Uyaynah mengatakan : ada dua orang saleh yang kita memohon hujan kepada Allah dengan menyebut namanya : Ibnu ‘Ajlaan dan Yazid bin Yazid bin Jabir ”.
Imam Ahmad tidak mengatakan (يُسْتَسْقَى بِدُعَائِهِ ) " Dimohonkan hujan dengan doanya " seperti dikatakan oleh kalangan anti tawassul bahwa tawassul adalah dengan doa seseorang bukan dengan dzat-nya atau dengan menyebutnya, sebaliknya Imam Ahmad menjadikan penyebutan orang-orang saleh tersebut sebagai sebab turunnya hujan. ( Hr. Bukhori )
2. Sedang “ wayastasqil “ bentuk aktif ( mabni fail ) bacaannya menjadi
وَيَسْتَسْقِى الْغَمَامَ
' wayastasqil ghomama '.
- اِسْتَسْقَى- [سقي]، (فعل: سدا. لازم ومتعدٍّ. مزيد بحرف)، اِسْتَسْقَى، يَسْتَسْقِي، المصدر: اِسْتِسْقَاءٌ.
1. "اِسْتَسْقَى الرَّجُلَ": طَلَبَ السُّقْيا. "اِسْتَسْقَى مِنْه".
2. "اِسْتَسْقَى بَطْنُهُ": اِجْتَمَعَ في تَجْوِيفِهِ سَائِلٌ مَصْلِيٌّ عَنْ مَرَضٍ عُضالٍ.
(معجم الغني-عبدالغني أبوالعزم)
- dari hadits Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya, bahwa :
“حَدَّثَنَا سَالِمٌ عَنْ أَبِيهِ رُبَّمَا ذَكَرْتُ قَوْلَ الشَّاعِرِ وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَى وَجْهِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم يَسْتَسْقِى فَمَا يَنْزِلُ حَتَّى يَجِيشَ كُلُّ مِيزَابٍ”
Artinya : “ Telah diceritakan dari Salim dari ayahnya, bahwa dia berkata : ” saya teringat ucapan seorang syair, dan saya melihat kepada wajah mulia baginda Nabi SAW, syair ini bertawasul meminta hujan , maka hujanpun turun deras memenuhi talang air ( saluran air di atap rumah ) ”( HR. Bukhari ).
- dari riwayat Umair R.A
عن عمير مولى بنى آبى اللحم ( أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَسْقِى عِنْدَ أَحْجَارِ الزَّيْتِ قَرِيْبًا مِنَ الزَّوْرَاءِ قَائِمًا يَدْعُوْ يَسْتَسْقَى رَافِعًا يَدَيْهِ قِبَلَ وَجْهَهُ لاَ يُجَاوِزُ بِهِمَا رَأْسَهُ .
Bermaksud : Bahwa Umair telah pernah melihat Baginda Nabi S.A.W sedang berdoa istisqa’ di Ahjaril Zait ( satu tempat di madinah ) berhampiran dengan Az-zaura’ ( Satu tempat di Madinah ) sambil berdiri dan Baginda berdoa dengan mengangkat tangannya melampaui kepalanya.
Kesimpulannya :
'yustasqo' merupakan maf'ul atau objek pasif dari perbuatanya tergantung failnya yaitu Allah dan nabi Muhammad saw sebagai sebab turunnya rahmat. Jadi akan diberi sebagaimana diminta. Kata sahabat saya seperti hujan yang turun banyak yang suatu saat akan berhenti. Sedang 'yastasqi' kalimat aktif sehingga sifatnya mutawaliyat atau terus menerus atau senantiasa berbuat walau tidak diminta. Di ibaratkn seperti hujan walau kecil tapi tidak pernah berhenti hujannya. Selain itu ada yang menyampaikan ucapan 'yustasqo' biasanya jika diniatkan untuk kekayaan, keselamat, dll niat duniawi. Sedangkan 'yastasqi' untuk tujuan makrifat billah dengan niat ikhlas liridhollahi ta'ala. Demikian sepemahaman saya yang masih dhoif, yang benar hanya dari Allah.
Wallahu ta'ala a'lam
Komentar
Posting Komentar